Langsung ke konten utama

TAK KENAL USIA: PENTINGNYA MENGENALI BERBAGAI HAL TENTANG DIABETES MELITUS SEJAK DINI

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah, akibat kelainan sekresi insulin maupun kerja insulin. Terdapat 2 jenis yaitu Diabetes Melitus tipe 1 dan 2 (Marine & Sri, 2015). Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas Diabetes Melitus tipe II. Kenapa? Yuk kita lanjut baca!


Diabetes Melitus tipe II merupakan salah satu jenis diabetes yang timbul akibat kebiasaan kita sehari-hari. Umumnya orang mengetahui Diabetes Melitus tipe II disebabkan karena konsumsi gula berlebihan. Tapi apakah hanya karena konsumsi gula yang tinggi? Konsumsi gula hanya salah satu factor. Penyebabnya Diabetes Melitus tipe II ada 3.

(Sumber: Oribest, PT. Mega Anugrah Sempurna)

Pola makan merupakan salah satu penyebabnya. Pola makan seperti apa yang menyebabkan Diabetes Melitus tipe II? Kebanyakan orang masih berpikir bahwa penyebabnya karena konsumsi gula yang berlebihan. Tapi apakah kamu tahu? Selain gula, konsumsi makanan berlemak yang berlebihan, misalnya konsumsi gorengan setiap hari dan setiap kali makan juga menjadi factor utama. Pola makan tinggi gula tinggi lemak termasuk dalam contoh gaya hidup tidak sehat. Tapi selain itu aktifitas fisik yang kurang turut mendukung terjadinya Diabetes Melitus tipe II. Hal ini dikarenakan saat kita mengkonsumsi makanan yang menghasilkan kalori tinggi tapi kita tidak pernah melakukan aktifitas fisik, seperti berolahrga dan bersih-bersih rumah, hanya duduk diam dan malas-malasan, maka dalam tubuh kita akan terjadi ketidakseimbangan energy, karena kalori tidak akan diubah menjadi energy melainkan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak. Kelebihan simpanan ini menyebabkan terjadinya obesitas. Atau dapat dikatakan obesitas merupakan salah satu indicator yang menunjukan bahwa orang tersebut sangat beresiko mengidap penyakit Diabetes Melitus tipe II. Saat kelebihan simpanan lemak, insulin menjadi resisten, dalam jangka waktu tertentu akan berkembang menjadi diabetes mellitus II (Snehalatha, 2009).

Siapa yang dapat mengalami Diabetes Melitus tipe II? Apakah kamu salah satunya? Apa hanya yang obesitas yang bisa terkena?
Tidak hanya orang tua, siapa saja bisa terkena Diabetes Melitus tipe II, bahkan di usia muda seperti kita. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti obesitas karena tidak banyak gerak atau memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2 pada keturunan pertama dan kedua (factor genetic). Jadi tidak hanya orang obesitas saja, jika orang tua atau kakek nenek kalian memiliki riwayat, maka kalian juga beresiko terkena Diabetes Melitus tipe II (http://emedicine.medscape.com).

Darimana kita tahu apakah kita mengidap diabetes atau tidak? Yuk kita kenali sejak dini.
Umumnya orang tidak sadar jika dia terkena diabetes mellitus karena  gejala yang muncul poliuria (banyak >erkemih), polydipsia (banyakminum), dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Namun ada baiknya, kita mulai peka terhadap diri sendiri. Jika muncul gejala seperti itu, ada baiknya melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu lebih dari sama dengan 200 mg/dl (11,1 mmol/1), atau FPG (kadar glukosa puasa) lebih dari sama dengan 126 mg/dl (7,0 mmol/1), atau glukosa plasma 2jam setelah makan (2jam pp) lebih dari sama dengan 200 mg/dl (11,1 mmol/1) (Snehalatha, 2009).

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi Diabetes Melitus tipe II?
Pola konsumsi
Baik mereka yang belum maupun telah mengidap, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengatur pola makan dengan cara tahu apa yang dimakan, tahu berapa banyak yang harus dikonsumsi, dan makan secara teratur. Selain itu pola makan yang teratur ini perlu diimbangi dengan aktifitas fisik yang teratur (Direktorat Bina Gizi, 2011).

Jenis makanan
Makanan yang tinggi glukosa adalah makanan yang memiliki nilai Indeks Glikemik (IG) yang tinggi. Makanan dengan IG tinggi dapat menaikkan kadar gula darah dengan cepat, sedangkan makanan dengan IG rendah akan lebih lambat menaikkan kadar gula dalam darah sehingga konsumsi makanan yang memiliki nilai IG tinggi dalam frekuensi yang sering dapat memicu terjadinya penyakit DM. Indeks glikemik terdapat dalam makanan yang memiliki karbohidrat tinggi, sedangkan makanan yang memiliki kandungan lemak dan protein yang tinggi tidak terlalu menyebabkan kenaikan kadar gula darah (Rusilanti, 2008). Bahan pangan sayuran, buah-buahan, serealia, dan aneka umbi memiliki komponen serat pangan meliputi polisakarida yang tidak dapat dicerna. Keberadaan serat pangan dapat memengaruhi kadar glukosa darah. Secara umum, kandungan serat pangan yang tinggi cenderung memiliki nilai IG rendah. Serat dapat bertindak sebagai penghambat fisik pada pencernaan. Serat yang dapat memperlambat laju makanan pada saluran pencernaan dan menghambat aktivitas enzim sehingga proses pencernaan menjadi lambat dan respon glukosa darah akan lebih rendah (Marine & Sri, 2015).

Jenis makanan yang dapat dikonsumsi untuk penderita diabetes melitus diantaranya:



Tabel tersebut juga dapat menjadi acuan bagi para pembaca yang tidak mengidap diabetes mellitus II. Dari table tersebut kita dapat mengetahui makanan yang aman dan yang beresiko membuat kita terkena diabetes mellitus (Direktorat Bina Gizi, 2011).

Fakta dan Mitos
“Makanan ‘Ramah Diabetes’ dan ‘Bebas Gula’ baik bagi Anda”.
Makanan bebas gula kerap mengandung sejumlah kalori dan gula, bahkan karbohidrat. Jadi, mulailah untuk meneliti label makanan. Ingat, kata ‘natural’ atau ‘asli alami’ tak selalu berarti ‘aman’.

“Penyandang diabetes dapat makan gandum tetapi tidak bisa atau tidak boleh makan nasi”.
Tidak benar, karena gandum maupun nasi mengandung kadar karbohidrat (-70%) dan indeks glikemi yang sama. Keduanya meningkatkan kadar gula secara sama. Dengan porsi terbatas, keduanya dapat dikonsumsi. 

“Penyandang diabetes tidak bisa tau tidak boleh makan permen atau coklat”.
Dengan diet tepat dan olah raga, penyandang diabetes dapat makan makanan manis seperti permen, es krim ataupun kue-kue. Kuncinya adalah porsi kecil, dan hanya makan jika ada acara istimewa.

“Penyandang diabetes tak dapat makan makanan dengan pati seperti pasta, roti, kentang, mie”.
Starch adalah sejenis tepung atau bagian dari bahan pangan yang antara lain berfungsi alami mengawetkan. Mie dan pasta biasanya mengandung pati juga kentang. Orang dengan diabetes boleh saja mengonsumsi bahan pangan mengandung pati dengan porsi kecil. Roti gandum coklat, sereal, pasta, nasi, kentang, talas, jagung dan kacang polong bisa dikonsumsi sebagai makanan utama. Penderita diabetes dapat makan makanan berkarbohidrat seperti buah, kacang-kacangan, susu, yoghurt, dan permen, dengan porsi tertentu sesuai anjuran dokter, ahli gizi dan tenaga kesehatan lain. Kuncinya adalah mengenali kadar karbohidrat dalam makanan, lalu sesuaikan jenis makanan dan porsi yang dikonsumsi. 

(Kementrian Kesehatan RI, 2011)


DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2011 . Mitos dan Fakta Diabetes. Jakarta.
Direktorat Bina Gizi. 2011. Diet Diabetes Melitus. Kementrian Kesehatan. Jakarta.
Denov Marine1, Sri Adiningsih2. 2015. Perbedaan Pola Konsumsi dan Status Gizi Antara Remaja dengan Orang Tua Diabetes Melitus (DM) dan Non DM. Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 2:179–183.
Pozzo,AlbaMorales,Pediatric Type 2 Diabetes mellitus dalam http://emedicine.medscape.com
Snehalatha, Chamukuttan dan Ramachandran, Ambady. Diabetes mellitus dalam gizi kesehatan masyarakat. Editor : Michael J Gibney, et al. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.2009.

Komentar